Arsip Blog

Sabtu, 14 Mei 2011

AS dan Indonesia Bahas Masa Depan Hutan Bakau dan Lahan Gambut di Indonesia

Bali, CyberNews. Amerika Serikat dan Indonesia menggelar sebuah lokakarya gabungan pada 11-14 April 2011 lalu yang mempertemukan ilmuwan internasional ternama untuk mengkoordinasikan penelitian serta menciptakan kebijakan untuk menjaga kelestarian lahan gambut dan hutan bakau dalam jangka panjang.
Lokakarya ini disponsori oleh Badan Pembangunan Internasional AS (U.S. Agency for International Development/USAID) bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan - Kementerian Kehutanan Indonesia (FORDA), PT Serasi Kelola Alam (SEKALA), Dinas Kehutanan AS (USFS), dan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research/CIFOR), dan bertujuan untuk memajukan terlaksananya sasaran-sasaran dalam Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia.
Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, melestarikan lingkungan hidup, memperkuat demokrasi, menambah rasa saling pengertian, dan menjaga keamanan bagi rakyat Amerika dan Indonesia. 
Sebanyak hampir 100 ilmuwan, manajer, dan para pembuat kebijakan dari 16 negara bertemu dan berbagi pengalaman (lessons learned) mereka masing-masing untuk mengimplementasikan strategi-strategi mitigasi dan adaptasi-adaptasi lahan basah di Indonesia.
Dalam Releasenya, Daniel Murdiyarso, Peneliti Utama CIFOR menjelaskan bahwa Dampak berkurangnya lahan gambut dan hutan bakau bagi manusia kurang disadari.
Amatlah mendesak bagi pemerintah untuk mengakui pentingnya keberadaan lahan gambut dan hutan bakau serta membuat kebijakan untuk melindungnya. Indonesia memiliki lahan gambut dan hutan bakau tropis terbanyak di dunia.
Lahan basah di negeri ini telah mengalami perubahan penggunaan dan penutupan lahan dalam 15 tahun terakhir sehingga meningkatkan kerentanan lahan basah dan masyarakat terhadap perubahan iklim serta telah menjadi keprihatinan global.
Indonesia kehilangan lahan basah dengan kecepatan lebih dari 100.000 hektar per tahun.
"Lahan basah Indonesia memainkan peran yang amat penting sebagai penjaga kondisi sosio-ekonomi lokal dan penjaga lingkungan global karena wilayahnya yang luas," ujar Dr. Kirsfianti Ginoga, Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Jumat (13/5).
Amerika Serikat dan Indonesia berkomitmen untuk membawa masalah lahan basah tropis ke dalam agenda pengadaptasian tingkat global, nasional,dan lokal.
Prosedur mitigasi untuk melestarikan ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim (misalnya REDD+) merupakan strategi adaptasi yang dianjurkan. Strategi ini dirancang untuk menjadi agenda utama pembangunan serta meningkatkan manfaat bagi masyarakat, yang merupakan pihak yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
( Rifki / CN34 / JBSM )

source: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/05/13/85566/AS-dan-Indonesia-Bahas-Masa-Depan-Hutan-Bakau-dan-Lahan-Gambut-di-Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for comment

Pencarian

free counters

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...