Arsip Blog

Kamis, 16 Juni 2011

Peneliti Jumpai 24 Ikan Purba Indonesia

http://image.tempointeraktif.com/?id=79886&width=274
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebanyak 24 individu ikan purba alias coelacanth telah ditemukan di perairan timur Indonesia dalam 14 tahun terakhir. Pencarian sarang-sarang ikan ini masih terus dilakukan.

Menurut Kepala Pelayanan Informasi Ilmiah, Pusat Penelitian Kelautan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Djoko Hadi Kunarso, upaya pencarian coelacanth di perairan timur telah dilakukan sejak 1999. Hasil pencarian tersebut mengungkap beberapa fakta menarik mengenai "fosil hidup" ini.

Ia mencontohkan ekspedisi yang dilakukan pada tahun 2009. Ketika itu awak ekspedisi menemukan enam individu coelacanth sedang berkumpul di goa dasar laut. Koloni coelacanth merupakan hal yang unik karena sebelumnya ikan berwarna coklat tua ini ditemukan menyendiri.

"Untuk pertama kalinya kami melihat dan memotret rombongan coelacanth di goa gelap ini," ujar Djoko kepada wartawan di Widya Graha LIPI, kemarin.

Temuan lain pada tahun yang sama memperlihatkan coelacanth remaja tengah berenang di kedalaman 161 meter di Teluk Manado. Temuan ini menjadi penting karena untuk pertama kalinya peneliti bisa melihat fase awal hidup coelacanth.

Saat ini LIPI melanjutkan ekspedisi intensif pencarian coelacanth. "Misi ini bertujuan memetakan distribusi coelacanth," ujar dia. Saat ini, baru ada tiga lokasi yang dipastikan menjadi sarang coelacanth yaitu Buol, Teluk Manado, dan perairan Biak.

LIPI bekerja sama dengan tim dari Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat berencana melanjutkan pencarian habitat coelacanth di perairan timur lainnya seperti Kepulauan Halmahera.

Penemuan puluhan coelacanth dalam 1,5 dekade terakhir juga menimbulkan kekhawatiran akan keberlangsungan kehidupan binatang ini. Peneliti masih sulit memperkirakan jumlah coelacanth. Karenanya LIPI meminta pemerintah melindungi binatang ini dari upaya penangkapan.

Fosil coelacanth telah ditemukan beberapa dekade silam pada lapisan berusia 380 juta hingga 80 juta tahun lalu. Masa hidup fosil ini bertepatan dengan tiga kali kepunahan massal yang melanda bumi. Awalnya para ahli memperkirakan ikan ini telah punah.

Secara mengejutkan, ikan ini ditemukan dalam kondisi hidup di dua tempat berbeda yaitu di Kepulauan Comoro, Tanzania, pada 1938 dan Teluk Manado, Indonesia, pada 1997. Temuan ini menepis dugaan kepunahan coelacanth.

Dua habitat besar coelacanth, di Afrika dan Indonesia, terpisah sejauh 10 ribu kilometer. Di dua daerah ini coelacanth berkembang menjadi dua spesies yaitu Latimeria chalumnae dan Latimeria menadoensis. Dari segi fisik, coelacanth asal Indonesia berwarna coklat gelap sementara coelacanth asal Afrika berwarna coklat muda.

ANTON WILLIAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for comment

Pencarian

free counters

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...