Denpasar (ANTARA News) - Bali menghasilkan devisa dari pengiriman komoditas udang sebesar 137.694 dolar AS selama caturwulan pertama tahun 2011, berkurang 44.41 persen dibanding caturwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 247.680,60 dolar AS.

Demikian pula pengiriman komoditas lobster dari segi volume berkurang 39,70 persen dari 30,46 ton pada caturwulan pertama tahun 2010 menjadi hanya 18.37 ton pada caturwulan pertama 2011, kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, data yang dihimpun Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi setempat menunjukkan, menurunnya ekspor perdagangan udang ke luar negeri sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar dan ketersediaan matadagangan yang bernilai ekonomis tinggi itu.

Udang merupakan salah satu dari sebelas jenis komoditas hasil perikanan dan kelautan di Bali yang berhasil menembus pasaran luar negeri.

Secara keseluruhan ekspor hasil perikanan Bali pada caturwulan pertama tahun 2011 sebesar 31,63 juta dolar AS, berkurang 10,25 persen dibanding caturwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35,24 juta dolar AS.

Dengan demikian sektor perikanan dan kelautan mampu memberikan kontribusi sebesar 18.81 persen dari total ekspor Bali sebesar 168,13 juta dolar AS, berkurang 7,15 persen dibanding caturwulan yang sama tahun sebelumnya mencapai 181,08 uta dolar AS, tutur Ketut Teneng.

Ekspor komoditas lobster sangat berfluktuasi, namun rata-rata meningkat sebesar 4,47 persen selama lima tahun kurun waktu 2006-2010.

Selama 2010 ekspor udang mampu menghasilkan devisa sebesar 485.380 dolar AS, menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1,05 juta dolar AS.

Ekspor udang ke pasaran luar negeri itu berupa udang segar dan udang beku yang cukup diminati konsumen mancanegara, sehingga mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lainnya.

Pengapalan udang dalam bentuk segar dan beku selama 2006 menghasilkan devisa sebesar 620.748 dolar AS, meningkat 37,32 persen menjadi 852.389 dolar AS pada tahun 2007.

Perolehan devisa tersebut terus meningkat menjadi 1,31 juta dolar AS pada tahun 2008, atau bertambah 54,28 persen dari tahun sebelumnya. Ekspor komoditas tersebut dengan tujuan pasaran Jepang, Amerika Serikat, negara-negara di Eropa, dan Australia, tutur Ketut Teneng.

(ANTARA)