Arsip Blog

Senin, 07 Maret 2011

Batik Semar, rebranding warisan budaya

Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia hampir 2 tahun lalu, gagasan pelestarian batik sebagai kebanggaan Indonesia telah menjadi prioritas utama dari tujuan nasional. 
Tersadarkan dari masalah tentang siapa pemilik batik sebenarnya, bangsa Indonesia kemudian sama-sama tergerak untuk menjaga dan melestarikan batik, sebuah karya seni yang memang sangat Indonesia.

Dalam kurun waktu yang sangat cepat, konsep Jumat batik segera menggantikan konsep Jumat kasual di perkantoran. Kesempatan untuk mencipta bagi para pembuat dan produsen batik ternama pun menjadi hidup kembali.

Kesempatan itu juga datang bersamaan dengan tantangan baru, bagaimana seseorang bisa membedakan satu corak batik di antara lautan batik yang lain. Seperti halnya lukisan, bagaimana seorang artis bisa menancapkan ciri khasnya dalam suatu karya, sehingga bisa dibedakan dari karya artis lain.

Batik Semar adalah satu dari produsen yang tanggap menyikapi tantangan ini. Manajemennya dengan segera menunjuk DM IDHolland untuk melakukan upaya rebranding. Jeffrey Budiman, Managing Director DM IDHolland, menuturkan industri batik saat ini berada dalam tingkat yang sangat berbeda dibandingkan dengan masa sebelum batik diakui oleh UNESCO.

Saat ini, katanya, upaya rebranding Batik Semar memiliki arti lebih dari sekadar merancang sebuah logo baru yang segar. Dengan melihat bahwa batik sekarang sudah diterima baik secara lokal maupun internasional. Selain itu, lanjutnya, melakukan upaya rebrand untuk sebuah warisan budaya, juga memiliki tantangannya sendiri.

“Hal itu berarti juga menjaga esensi dari sang penggagas budaya. Kami menjaga keseimbangan antara nilai budaya sebuah batik, sambil terus membuatnya bisa mengikuti perkembangan jaman,” ujar Jeffrey.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kata nya, tentu terdapat dalam proses yang mengikutinya. Lewat kegiatan brand strategic research, tim telah berhasil dalam memaparkan kembali esensi baru Batik Semar, membentuk kembali struktur brand, menciptakan serta mentransformasi rancangan visual, serta mengembangkan petunjuk sistim brand. “Perjalanan ini diberi nama Beyond Batik,” katanya.
Jeffrey menambahkan Beyond Batik membawa sebuah semangat dukungan. Selembar kain batik adalah hasil dari sebuah visi, transformasi curahan hati ke dalam bentuk visual, yang mewakili nilai-nilai pribadi dan social. Lebih dari itu, ini merupakan sebuah catatan sejarah.

Nilai-nilai inilah yang kemudian dibentuk dan dibagikan ke yang lain. Langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa karyawan, khususnya yang bekerja di lini depan, bisa menyebarkan nilai-nilai yang sama, serta dapat melebur bersama pelanggan dalam sebuah ketertarikan dan gagasan yang sama.

Untuk meraih tujuan tersebut, lanjutnya, DM IDHolland menyelenggarakan beberapa pelatihan terkait brand engagement kepada karyawan Batik Semar. Maksudnya untuk menciptakan sinergi antara imej baru Batik Semar dengan orang-orang yang membawakan imej tersebut.

Ananda Soewono, Managing Director Batik Semar, menuturkan Batik Semar memberi perhatian yang tinggi juga kepedulian, yang bisa membuatnya menjadi sebuah brand yang lebih personal dan lebih memiliki keterikatan emosional.

Jeffrey menambahkan upaya re-brand terhadap Batik Semar, adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Bersama proyek ini terdapat sebuah efek yang lebih besar tentang bagaimana batik dipersembahkan ke masyarakat lokal, yang telah terbiasa dengan ekspektasi tertentu tentang batik. Sekaligus konsisten menjaga keasliannya untuk penggemar baru, yakni masyarakat global.  (swi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for comment

Pencarian

free counters

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...